ISBDI: Perbedaan Kondisi Sosial, Kebudayaan, Masyarakat, Perkembangan IPTEK Desa dan Kota
ISBDI: Perbedaan Kondisi Sosial, Kebudayaan, Masyarakat, Perkembangan IPTEK Desa dan Kota
MASYARAKAT DESA DAN KOTA
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Adapun menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Masyarakat Desa adalah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu, dan yang system budaya dan system sosialnya mendukung mata pencaharian itu. Masyarakat Kota adalah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian dalam sektor perdagangan dan industri/yang bekerja dalam sektor administrasi pemerintah.
Adapun untuk mengetahui eksistensi sosial, kebudayaan, lapisan masyarakat dan perkembangan IPTEK suatu daerah tentunya harus dengan terjun langsung kelapangan dengan jalan melakukan observasi ataupun penelitian secara mendalam. Hal ini dilakukan agar apa yang diperoleh merupakan suatu hasil yang konkret.
Dari hasil observasi inilah dapat penulis kemukakan dan paparkan mengenai sub-sub yang telah ditentukan sebelumnya, untuk melakukan perbadingan antara desa yang diberi nama Desa A dan Kota B, yaitu sebagai berikut.
A. Kondisi Sosial
Pada masyarakat Desa A kehidupan sosial masyarakat berjalan sesuai dengan realita yang ada sebagaimana masyarakat diluaran sana. Terjadi interaksi antara individu dan individu, kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Interaksi yang terjadi layaknya masyarakat desa lainnya, yang mengutamakan sistem kekeluargaan dan gotong royong masih sangat melekat dan kental dalam diri masyarakat. Sedangkan pada masyarakat kota B, perlakuan interaksi sosialnya tentunya juga ada akan tetapi tidak sebanding dengan masyarakat desa A, yang mana pada masyarakat kota B cenderung berinteraksi sosial hanya dalam konteks pada saat adanya kepentingan tersendiri antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Sehingga pada masyarakat kota B sangatlah jarang ditemui suatu sikap yang kooperatif dan gotong royong. Sebab setiap individunya memiliki kesibukan masing-masing. Bahkan kadang dalam taraf kehidupan bertetangga kerap saja terjadi tidak saling mengenal sekalipun jarak tempat tinggal yang berdekatan (bertetangga).
B. Sistem Kebudayaan
Pada masyarakat desa A dapat dilihat dari segi kebudayaannya masih lumrah dalam masyarakat atau masih dijumpainya yang namanya toleransi, kerja sama yang baik dan berbagai subkebudayaan yang melekat pada diri individu maupun kelompok. Misalnya saja dalam hal spiritual terhadap nilai-nilai menghargai leluhurnya. Sedangkan pada masyarakat kota B sendiri hal-hal yang menjadi penguat solidaritas antar sesama kerap saja diabaikan. Semua yang pernah menjadi kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya spiritual keagamaan didesa dihilangkan. Dengan adanya anggapan-anggapan dari pemikiran rasionalnya, bahwa hal tersebut tidak harus dilakukan lagi, dengan konteks kehidupan yang telah berubah dan semakin berkembangan ilmu-ilmu pengetahuan. Bahkan di kota kerap saja apa yang menjadi kewajiban tuntutan akhirat tak jarang diabaikan, karena adanya kesibukan-kesibukan dunia yang membuat seseorang lupa diri akan apa yang menjadi hal mutlak dalam kehidupannya. Tidak hanya itu anak-anak generasi sekarang lebih mementingkan yang namanya popularitas dalam dunianya, tidak jarang dijumpai anak-anak jaman now yang banyak menghabiskan waktunya sekedar nongkrong dipinggir jalan, dicafe, dan tempat-tempat lainnya yang bisa dieksploitasi. Dan melihat keadaan tempat-tempat ibadah yang semakin sepi, hanya dipenuhi oleh orang tua saja. Ini tentunya akan dikembalikan pada diri individu itu sendiri dengan banyaknya pengaruh-pengaruh kebudayaan bangsa lain membuat kita semakin jauh dari akhirat yang jutru membuat kita bagaikan hidup di jaman jahiliyah lagi.
C. Lapisan Masyarakat
Jika dilihat dari strata kehidupannya, lapisan masyarakat desa A dapat dikategorikan berada pada posisi menengah kebawah, hal tersebut dapat dilihat dari sistem kehidupannya yang cenderung bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, buruh dan lain sebagainya. Meskipun dapat pula kita jumpai penduduk desa A yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah, akan tetapi dalam hal ini yang paling dominan yaitu nelayan dan petani. Berkenaan dengan stratifikasinya masyarakat desa dibedakan secara hierarkis atau bertingkat, akan tetapi untuk sekarang yang namanya tingkatan berdasarkan golongan itu sendiri sudah jarang ditemukan. Misalnya saja golongan-golongan Andi/Petta, dan lain sebagainya. Sedangkan pada masyarakat kota B pelapisan sosial masyarakat dilihat berdasarkan tingkat kekuasaan seseorang dalam suatu lembaga ataupun jabatan dan peran aktifnya dalam masyarakat. Apabila seseorang memiliki kelebihan dalam masyarakat, tentunya orang tersebut lebih dihargai lagi. Dan jika tidak, seseorang akan dipandang rendah dan tidak dihargai dalam masyarakat. Sejatinya sistem pelapisan sosial dalam masyarakat kota atau desa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kedudukan atau status sosialnya.
D. Perkembangan IPTEK
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam msyarakat desa A dan masyarakat kota B sangatlah jauh berbeda. Terlebih dilihat dari sudut pandang yang jauh berbeda pula. Pada masyarakat desa A perkembangan IPTEK tentunya sudah ada, akan tetapi masih belum berlaku secara menyeluruh terhadap elemen masyarakatnya, sebab masih ada sikon dimana penduduknya memiliki sikap yang tertutup akan perkembangan yang ada. Salah satu contoh perkembangan IPTEK pada masyarakat desa A dapat dilihat dari pengguaan alat-alat canggih yang sudah modern yang digunakan di bidang pertanian, yaitu berupa mesin panen yang otomatis ataupun mesin traktor. Hal ini tentunya merupakan dampak dari IPTEK itu sendiri, yang dapat memberikan keuntungan yang lebih, karena menghemat waktu.
Adapun perkembangan IPTEK pada masyarakat kota B sangatlah pesat dibandingkan dengan masyarakat desa, mengingat sekarang ini kita hidup di era globalisasi, dengan era modern yang sangat menegedepankan yang namanya ilmu pengetahuan teknologi. Sudah menjadi hal lumrah dijumpai bahkan anak kecil sekalipun menggenggap ponsel. Yang apabila tidak dikontrol dengan baik, akan merusak generasi emas bangsa Indonesia. Terlebih lagi jejaring sosial yang bebas diakses oleh siapaun akan dengan mudah merusak mental bangsa.

Posting Komentar untuk "ISBDI: Perbedaan Kondisi Sosial, Kebudayaan, Masyarakat, Perkembangan IPTEK Desa dan Kota"