PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PRA SEJARAH-HINDU BUDHA
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PRASEJARAH-HINDU BUDHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak
setiap orang mengerti makna kata pendidikan. Untuk itu dalam memahami
pendidikan ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada penamaan hakikat
pendidikan yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Purwanto,1995:3).[1]
Keberadaan
manusia dari sejak kelahirannya terus mengalami perubahan-perubahan, baik
secara fisik maupun psikologi. Manusia yang merupakan mahluk hidup dengan akal
budi memiliki potensi untuk terus melakukan pengembangan. Sifat pengembangan
menunjukkan sisi dinamisnya, artinya perubahan terjadi terus-menerus pada
manusia. Tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Salah
satu pengembangan manusia, yaitu melalui pendidikan.
Melalui
pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan. Bukan sekedar
diwariskan melainkan menginterealisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai
kenanusiaan penuntun manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lain. Oleh
karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.[2]
Kebutuhan
akan pendidikan menjadi suatu hal yang tidak terletakkan pada setiap fase
sejarah peradaban manusia. Pendapat bahwa pendidikan sangat dibutuhkan menjadi
pendapat setiap individu dan masyarakat di setiap bangsa atau negara beradab.
Russel (1993:1) menganggap walaupun pendidikan merupakan proposisi yang selalu
diperdebatkan oleh sebagian orang yang penilai-penilaiannya patut dihormati,
mereka yang menentang pendidikan berbuat demikian berdasarkan alasan bahwa
pendidikan tidak dapat mencapai tujuan yang dinyatakannya.[3]
Maka
dari itu perlu diketahui begaimana perkembangan pendidikan itu sendiri mulai
dari awal yaitu dari zaman prasejarah yang dikenal dengan masa sebelum mengenal
tulisan, dengan kelangsungannya sampai manusia mengenal tulisan. Zaman ini
merupakan zaman yang sangat panjang dalam sejarah kehidupan manusia. Dan
sampailah pada abad ke-5 masehi yang pendidikan berkembang di masa Hindu Budha.[4]
Menurut Tim Adpen UPI (2010:5), dikalangan masyarakat Barat pada zaman renaissance muncul dengan pandangan-pandangan pemikiran pendidikan yang makin dikenal hingga kini, dan tanpaknya berkembang sejajar mengikuti perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[5]
B. Rumusan masalah
1.
Menjelaska perkembangan Pendidikan di Indonesia pada masa Pra
Sejarah?
2.
Menjelaskan perkembangan Pendidikan di Indonesia
pada masa Hindu dan Budha?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan pendidikan di indonesia
pada masa pra sejarah
Pendidikan pada
zaman prasejarah sangatlah sederhana, yang mana pendidikannya didominasi oleh
peranan seorang ayah pada anak lelakinya dengan munurunkan kepandaiannya dan pengetahuan.
Penegtahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan praktis seperti berburu,
menangkap ikan dan mamanjat pohon. Sedangkan ibu mempunyai tugas mendidik anak
perempuannya, memasak dan menjaga anak-anak lainnya, jadi konsep pendidikan
jaman purba adalah konsep pendidikan keluarga.
Selain ayah dan
ibu, pada jaman purba yang dianggap guru, (1) Empu, ia seorang yang dianggap
punya pengetahuan dan kelebihan dalam bidang kerohanian maupun etika. (2) Pandai besi, kalau itu juga
dianggap sebagai seorang yang mempunyai kelebihan dan kekuatan, yang mana pada
zaman prasejarah senjata tajam menjadi alat utama yang digunakan untuk berburu
bahkan untuk mempertahankan diri dari kelompok lain. (3) Dukun, dukun pada jaman
itu juga dianggap orang punya kelebihandan sangat di segani dan dihormati
segala nasihatnya sangat di taati.
Tujuan pendidikan
secara umum pada zaman prasejarah untuk membentuk seorang agar mempunyai
kecakapan dalam hal beretika, ilmu berburu dan menangkap ikan. Selain itu
perkembangan pendidikan juga mulai tercermin dari sistem kebiasaan ataupun
tradisi yang teradi pada zaman prasejarah seperti halnya sistem kepercayaan,
kemasyarakatan, pertanian, kesenian, bahasa dan lain-lainnya.[6]
Hal itu dapat dilihat dari kebudayaan yang telah dihasilkan masyarakat prasejarah, mulai dari zaman paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, megalithikum, dan perundagian. Pada masa perundagian, pendidikan mengalami perkembangan yakni sudah diarahkan untuk menguasai keterampilan dalam pembuatan beberapa benda logam, misalnya seperti gerabah perunggu, kapak perunggu, bejana, nekara, moko, dan lain sebagainya. Pengajaran pada zaman ini sudah dilakukan pada tingkat sosial tertentu. Manusia dicita-citakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakatnya saat itu, yakni masyarakatnya memiliki semangat gotong royong, menghormati para tetua, dan taat kepada adat.
Sifat maupun ciri-ciri sosial, budaya, dan ekonomi prasejarah
1. Masa mengumpulkan makanan
Kehidupan Sosial Ekonomi, masyarakatnya sangat bergantung dengan alam
tempat tinggal mereka. Manusia purba mengumpulkan makanan berupa
tumbuh-tumbuhan. Cara hidup masyarakat nomaden dan berkelompok.
Kehidupan Budaya, pada saat mengumpulkan makanan masih
menggunakan alat dari kayu, batu, dan tulang bentuknyapun masih sederhana.
Masyarakat saat itu semi menetap di tepi pantai dan goa memiliki peninggalan
kjokkenmodinger dan abris sous roche. Pada zaman mesolitikum masyarakat mulai
mengenal lukisan, pembuatan warna yang masih sederhana, dan bangunan bukit
kerang.
Kepercayaan, pada zaman ini manusia percaya akan adanya
kehidupan setelah kematian dan kekuatan di luar kekuatan manusia. Untuk bukti
adanya kepercayaan ini adalah adanya penguburan manusia yang telah meninggal.
Teknologi, yang digunakan pada zaman ini berupa alat-alat yang berkembang pesat seiring datangnya pendatang dari indo cina. Kedatangan kelompok baru tersebut mengenalkan teknologi asahan sehingga alat-alat sudah mulai diperhalus dan tajam.
2. Masa Bercocok Tanam
Kehidupan Sosial Ekonomi, masyarakat mulai menetap dan menghasilkan
makanan. Produksi makanan mereka pada awalnya adalah keladi baru dan setelah
adalah padi. Bercocok tanam dengan cara berhuma. Masyarakat pada zaman ini
sudah mampu mengembangkan hewan ternak.
Kehidupan Budaya, pada zaman ini mulai mengenal benda-benda
pertuasan dan mengenal perlengkapan dari tumbikar. Kadang benda perkakas dibuat
sedemikian indah, karena berfungsi juga sebagai ajimat. Batu-batu yang indah
tersebut disimpan untuk dijadikan alat tukar. Pada zaman ini juga mulai muncul
berbagai perhiasan dan pakaian.
Kepercayaan, yang berkembang yaitu animisme, dinamisme, dan
totemisme serta adanya ritual-ritual yang berkaitan dengan kepercayaan meliputi
kehidupan saat itu. Ritual tersebut dipimpin oleh seorang dukun atau shaman.
Buktinya dengan adanya ciri khas nyata pada ada banyaknya peninggalan batu
besar yang dikaitkan dengan kepercayaan pada saat itu.
Teknologi, yang berkembang dalam masyarakat saat itu, yaitu mereka mengenal alat kehidupan yang penuh dengan ukiran dan diperhalus. Masyarakat mengenal teknologi bifacial (asah dua muka). Beberapa dari mereka pandai dalam membuat perhiasan. Alat kehidupan mendukung sistem kepercayaan dengan bukti, mereka dapat membuat menhir waruga, batu kubur dan punden berundak.
3. Masa perundagian
Kehidupan sosial ekonomi, saat itu dipengaruhi dengan kedatangan bangsa
detro melayu. Kemudian mengenal perdagangan, mulai mengenal logam dan tidak
sembarang orang dapat mengolah dan memilikinya. Selain itu juga sudah mengenal
aturan-aturan (norma-norma) serta dapat mengolah tanah.
Komunikasi, pada awalnya menggunakan bahasa isyarat
tubuh. Kedatangan bangsa luar adalah awal bangsa Indonesia mengenal bahasa
bangsa melayu adalah cikal bakal bahasa Indonesia yang diperkenalkan oleh para
pedagang yang singgah saat itu.
Kehidupan budaya, mengenal perlengkapan dari logam, mengenal
pembuatan kaca/manik-manik untuk perhiasan, berkembang juga seni lukis dan
ukiran serta mengenal teknik pencetakan logam.
Pelayaran, perahu diperkenalkan pada saat kedatangan oran
indo cina, afrika dan daerah asia lainnya. Astronomi dipergunakan untuk
menentukan arah dalam pelayaran.
Pekerjaan, pekerjaan awal masyarakat Indonesia adalah
berburu, meramu makanan, dan mengolahnya. Pekerjaan berikutnya adalah bercocok
tanam, pada saat mulai megenal logam pekerjaannya pun berubah menjadi tukang
logam. Pekerjaan selanjutnya adalah berdagang.
B. Perkembangan pendidikan di indonesia
pada masa hindu dan budha
Pembahasan
sejarah Hindu-Budha di Indonesia akrab diawali dari kemunculan beberapa
kerajaan di abad ke-5 M, antara lain: Kerajaan Hindu di Kutai (Kalimantan)
dengan rajanya Mulawarman, putra Aswawarman atau cucu Kundungga. Di jawa Barat
muncul kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Pada masa itu,
eksistensi pulau Jawa telah disebut Prolomeus (pengembara asal
Alexandria-Yunani) dalam catatannya dengan sebutan Yabadiou dan demikian pula
dalam epik Ramayana eksisitensinya dinyatakan dengan sebutan Yawadwipa.
Ptolomeus juga sempat menyebut tentang Barousai (menunjuk pada pantai barat
Sumatera Utara; Sriwijaya. Fa-Hien (pengembara asal Cina) salam perjalanannya
dari India singgah di Ye-po-ti (Jawa) yang menurutnya telah banyak para
brahmana (Hindu) tinggal disana.
Maka tidak berlebihan jika Lee Kam Hing kemudian menyatakan
bahwa lembaga-lembaga pendidikan telah ada di Indonesia sejak periode
permulaan.Pada masa itu, pendidikan lekat terkait pada agama. Menurut catatan
I-Ching, seorang peziarah dari Cina, ketika melewati Sumatera pada abad ke-7 M
ia mendapati banyak sekali kuil-kuil Budha di dalamnya berdiam para cendekiawan
yang mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat
transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni dan ilmu
pengetahuan.
Pada masa Hindu-Budha ini, kaum Brahmana merupakan golongan
yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem
kasta tidaklah diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di
India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain;
teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksasta seperti
ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bagunan, seni rupa dan
lain-lain.
Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan
fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar. Dalam perkembangannya, kebudayaan
Hindu-Budha membaur dengan unsur-unsur asli Indonesia dan memberi ciri-ciri
serta coraknya yang khas. Sekali nanti kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu
terakhir runtuh pada abad ke-15, tetapi ilmu pengetahuannya tetap berkembang
khususnya di bidang bahasa dan sastra, ilmu pemerintahan, tata negara, dan
hukum. Beberapa karya Intelektual yang sempat lahir pada zaman ini antara lain:
Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa (Kediri,1019), Bharata Yudha karya Mpu sedan
(Kediri,1157), Hariwangsa karya Mpu Panuluh (Kediri,1125), Gatotkacasraya karya
Mpu Panuluh dan Pararaton (Epik sejak berdirinya Kediri hingga Majapahit).
Menjelang periode akhir
tersebut, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam kompleks yang bersifat
kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokandengan jumlah murid
relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritualreligius. Para
murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhikebutuhan hidup
mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkanbahwa:(1) Pengelola
pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengantingkat
tinggi;(2) Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru
ke guru yanglain;(3) Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar
anak-anaknya diistana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi
belajar keguru-guru tertentu;(4) Pendidikan kejuruan atau keterampilan
dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.
Adapun
hasil karya sastra pada masa kerajaan Hindu-Budha berupa kitab yaitu:
1. Kitab
krisnayana, berasal dari Zaman kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Raja
Jayawarsa.
2. Kitab
Bharatayuda, berasal dari zaman kerjaan kediri pada masa pemerintahan Raja
Jayabaya yang ditulis oleh Mpu Sadah dan Mpu Panuluh.
3. Kitab
Arjuna Wiwaha, berasal dari zaman kerajaan Kediri pada masa pemerintahabraja
Jayabaya yang tulis oleh Mpu Kanwa. Dalam kitab ini diceritakan kisah
perkawinan Raja Airlangga dengan putri Kerajaan sriwijaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seperti
yang kita ketahui bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan, yang setiap zamannya mengalami perubahan yang lebih maju dan modern
dalam berbagai bidang. Sama halnya perkembangannya dari zaman Prasejarah yang
pendidikan penerapannya lebih sederhana karena belum memadainya sarana yang
digunakan, lain halnya dengan perkembangan pendidikan pada zaman Hindu-Budha
yang sudah menemui titik terang yang mana sudah ada kaum intelektual dalam
kerajaan-kerajaan yang berdiri pada masa itu.
Saran
Sapatunya
sebagai generasi penerus yang hidup di zaman yang telah modern, jauh lebih
berbeda dengan kehidupan di zaman prasejarah dan zaman Hindu-Budha. Oleh karena
itu jadilah orang yang memiliki pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk kedepannya.
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Http.//. Sejarah pendidikan di Indonesian zaman prasejara sampai Hindu-Budha,.//co. Google.
Nurdin. 2015. Pengelolahan Pendidikan. Bandung: Rajagrafindo Persada.
Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Posting Komentar untuk "PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA PRA SEJARAH-HINDU BUDHA"